Peningkatan volume barang ekspor impor menjadikan kendaraan ODOL pelabuhan ekspor impor sebagai isu kritis. Praktik kelebihan muatan menyebabkan keterlambatan, risiko keselamatan, dan biaya logistik membengkak. Untuk itu, pemerintah dan pelaku logistik harus segera mengadopsi solusi efektif agar arus barang tetap aman, efisien, dan sesuai regulasi.

Tantangan Kendaraan ODOL di Pelabuhan Ekspor Impor
Di pelabuhan ekspor impor, truk sering mengangkut barang dalam kontainer (breakbulk) tanpa mekanisme timbang otomatis. Akibatnya, VGM (Verified Gross Mass) per kontainer menjadi kunci utama, sebagaimana diatur oleh IMO dan diterapkan melalui sistem pelabuhan. Bila tidak sesuai, kontainer tidak boleh dibongkar atau diangkut kapal. Namun, kendaraan non-kontainer masih banyak membawa kelebihan berat, memicu penolakan masuk area pelabuhan, penundaan pengapalan, hingga potensi pidana bagi pengusaha . Kondisi ini memperlambat operasional, menimbulkan antrean panjang, dan meningkatkan biaya port handling.
Baca Juga: Mengulas Regulasi Kendaraan ODOL di Pelabuhan: Aturan, Tantangan, dan Solusi
Solusi Pengawasan Kendaraan ODOL di Pelabuhan
Untuk mengatasi masalah kendaraan ODOL pelabuhan ekspor impor, dibutuhkan pendekatan teknologi dan tata kelola yang terpadu. Berikut beberapa solusi utama yang mulai diterapkan atau disiapkan di sejumlah pelabuhan nasional:
1. Penerapan Sistem Weigh In Motion (WIM)
WIM menjadi teknologi kunci dalam pengawasan ODOL karena mampu menimbang kendaraan saat melaju tanpa perlu berhenti. Pemasangannya di pintu masuk pelabuhan memungkinkan deteksi awal terhadap kendaraan yang kelebihan muatan, sehingga mencegahnya masuk ke area terminal. Data dari WIM juga bisa digunakan sebagai dasar penindakan hukum, serta mendukung sistem pelacakan dan evaluasi operasional logistik.
Baca Juga: Jasa Instalasi WIM: Jembatan Timbang tanpa Berhenti untuk Dukung Peraturan ODOL
2. Integrasi Sistem WIM dengan Database Pelabuhan
Agar sistem WIM bekerja optimal, datanya harus terhubung langsung ke sistem pelabuhan, termasuk informasi Verified Gross Mass (VGM), legalitas kendaraan, dan pengelolaan antrean. Integrasi ini membuat verifikasi kendaraan bisa dilakukan otomatis sebelum truk masuk ke area muat, sehingga mempercepat proses dan meminimalkan potensi konflik di lapangan.
3. Penerapan SOP Pengawasan Kendaraan ODOL
Standar operasional (SOP) diperlukan agar seluruh pihak di pelabuhan, termasuk operator, petugas keamanan, dan sopir, memiliki acuan kerja yang seragam. SOP ini mencakup deteksi ODOL, peringatan, larangan masuk, hingga tata cara pemindahan muatan jika diperlukan. Dengan SOP yang jelas, pengawasan bisa berjalan konsisten dan tidak menghambat kelancaran logistik.
Baca Juga: Cari Tempat Jual WIM Digital? Ini Rekomendasi Lengkap dengan Jasa Instalasinya
4. Edukasi dan Sosialisasi kepada Pelaku Usaha
Teknologi dan aturan tidak akan efektif tanpa dukungan dari pelaku usaha transportasi. Oleh karena itu, edukasi rutin mengenai batas muatan, risiko pelanggaran ODOL, dan cara memenuhi VGM harus terus dilakukan. Sosialisasi ini bisa melibatkan asosiasi seperti Aptrindo dan Organda, serta difasilitasi oleh otoritas pelabuhan dan Kemenhub.
5. Integrasi Data Antarlembaga
Pemerintah mendorong kolaborasi antara Kemenhub, Jasa Marga, Bea Cukai, pelabuhan (Pelindo), dan operator WIM untuk membangun basis data terpadu. Direktur Jenderal Hubdat Kemenhub menegaskan pentingnya integrasi data muatan, legalitas kendaraan, dan pemilik muatan untuk mendukung penindakan sistematis. Dengan integrasi ini, pelaku usaha dan sopir dapat mengikuti standar sejak awal, dan pelabuhan lebih mudah menyaring kendaraan ODOL.
Baca Juga: Optimalisasi Pengawasan ODOL untuk Menjaga Infrastruktur Pelabuhan
Peran Penyedia Jasa Instalasi WIM dalam Pengawasan ODOL
Agar pengawasan kendaraan ODOL di pelabuhan berjalan efektif, diperlukan keterlibatan penyedia jasa instalasi WIM yang berpengalaman dan memahami standar teknis serta regulasi yang berlaku. Mereka berperan penting dalam memastikan sistem penimbangan otomatis bekerja akurat dan dapat diintegrasikan dengan sistem pelabuhan.
Layanan yang dilakukan oleh penyedia jasa ini umumnya meliputi:
- Pemasangan sensor WIM di gerbang pelabuhan,
- Kalibrasi alat agar hasil penimbangan sah secara hukum,
- Integrasi sistem WIM dengan data VGM, ETLE, dan dashboard pelabuhan,
- Pelatihan operator dan petugas terkait,
- Pemeliharaan dan perbaikan sistem secara berkala.
ainstalasi
Pelabuhan Patimban dan Tanjung Priok
Meski belum ada data WIM resmi di komprehensif, pelabuhan seperti Patimban tengah bersiap sebagai “gerbang ekspor impor masa depan” yang akan mengadopsi sistem terpadu sejak awal pembangunan. Ini menjadi pilot project ideal untuk mencerminkan model implementasi di pelabuhan lain, termasuk Tanjung Priok dan Tanjung Perak.
Baca Juga: Strategi Pengendalian Kendaraan ODOL Melalui Integrasi WIM di Pelabuhan
Kesimpulan
Solusi logistik seperti penerapan WIM di pelabuhan ekspor impor adalah langkah strategis untuk mencegah pelanggaran ODOL, menambah efisiensi operasional, dan meningkatkan keamanan logistik. Dengan teknologi seperti Weigh In Motion (WIM), proses pemantauan dan penindakan bisa dilakukan secara otomatis tanpa mengganggu arus logistik. Teknologi dan regulasi terpadu membuat arus barang lebih lancar dan aman bagi semua pihak. Kunjungi [laman ini] untuk mengetahui informasi lebih lanjut seputar WIM, atau bisa kunjungi situs web dct.co.id. Jika sedang mencari mitra profesional untuk instalasi dan integrasi WIM di pelabuhan, DCT Total Solution siap membantu dari perancangan, implementasi hingga pemeliharaan. Hubungi kami melalui WhatApp 0899 0288 888 atau email info@dct.co.id.