Sistem jalan tol modern menggunakan berbagai teknologi canggih untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan kendaraan yang melintasi gerbang tol. Salah satu fungsi utama dari sistem ini adalah menentukan golongan kendaraan, yang akan mempengaruhi besarnya tarif tol yang dikenakan. Klasifikasi ini penting untuk memastikan bahwa pengguna jalan membayar tarif yang sesuai dengan jenis dan ukuran kendaraannya. Artikel ini akan mengulas secara detail bagaimana cara kerja pintu tol dalam mengidentifikasi golongan kendaraan, teknologi yang digunakan, serta tantangan yang dihadapi dalam proses tersebut.
Apa itu Golongan Kendaraan di Jalan Tol?
Golongan kendaraan di jalan tol merujuk pada klasifikasi kendaraan berdasarkan ukuran, berat, jumlah sumbu roda, serta jenis kendaraan. Di Indonesia, misalnya, pengelompokan ini telah diatur oleh peraturan pemerintah yang mengklasifikasikan kendaraan ke dalam beberapa golongan sebagai berikut:
Kendaraan Golongan I: Kendaraan roda empat seperti mobil penumpang dan jeep.
Golongan II: Kendaraan dengan dua gandar (sumbu roda) dan tinggi di atas 1,3 meter, seperti truk kecil.
Kendaraan golongan III: Kendaraan dengan tiga gandar.
Golongan IV: Kendaraan dengan empat gandar.
Kendaraan golongan V: Kendaraan dengan lima gandar atau lebih, biasanya truk besar atau trailer.
Penentuan golongan ini tidak hanya berkaitan dengan ukuran kendaraan, tetapi juga mempengaruhi tarif tol yang dikenakan pada setiap kendaraan. Oleh karena itu, pintu tol dilengkapi dengan sistem yang secara otomatis mendeteksi dan mengklasifikasikan kendaraan sesuai dengan golongannya.
Teknologi yang Digunakan untuk Mengidentifikasi Golongan Kendaraan
Pintu tol modern menggunakan beberapa teknologi untuk mengidentifikasi golongan kendaraan. Teknologi ini bekerja bersama-sama untuk mendeteksi karakteristik kendaraan seperti dimensi, jumlah sumbu, dan jenis kendaraan. Berikut adalah beberapa teknologi utama yang digunakan:
1. Sensor AVC (Automatic Vehicle Classification)
Sensor AVC adalah salah satu komponen paling penting dalam sistem klasifikasi kendaraan di pintu tol. Selain itu, sensor ini menggunakan berbagai metode untuk mendeteksi dimensi dan karakteristik kendaraan, termasuk:
Sensor laser: Mengukur tinggi dan panjang kendaraan saat melewati gerbang tol. Sensor ini dipasang di sisi atau di atas jalan untuk memancarkan sinar laser yang kemudian dipantulkan oleh kendaraan. Informasi dari sinar laser ini digunakan untuk menentukan dimensi kendaraan dengan sangat akurat.
Sensor induktif: Dipasang di permukaan jalan untuk mendeteksi sumbu roda kendaraan. Sensor induktif bekerja dengan cara mendeteksi perubahan medan elektromagnetik yang dihasilkan oleh logam pada sumbu kendaraan. Setiap kali sumbu kendaraan melintas di atas sensor ini, sistem akan mendeteksi jumlah sumbu dan menggunakannya sebagai salah satu parameter klasifikasi.
Dengan kombinasi kedua jenis sensor ini, sistem AVC dapat menentukan jenis kendaraan dan jumlah sumbu roda, yang menjadi kriteria utama dalam penggolongan kendaraan.
2. Kamera Pengawas (CCTV)
Selain sensor AVC, pintu tol juga sering dilengkapi dengan kamera pengawas yang dapat mengambil gambar kendaraan secara real-time. Kamera ini berfungsi untuk memverifikasi informasi yang diperoleh dari sensor, terutama jika terjadi kesalahan atau ketidaksesuaian dalam deteksi otomatis. Misalnya, jika sistem AVC gagal mendeteksi jumlah sumbu kendaraan dengan benar, operator tol dapat memeriksa gambar dari kamera untuk menentukan golongan kendaraan secara manual.
Kamera pengawas juga dapat membantu dalam menangani kendaraan ODOL (Over Dimension Over Load) atau kendaraan yang dimensinya melebihi standar yang diizinkan. Dalam kasus seperti ini, petugas dapat menggunakan gambar dari kamera untuk memberikan tindakan yang sesuai.
Baca Juga: Panduan Implementasi Teknologi Push To Talk Over Cellular (PoC)
3. Sistem Weight in Motion (WIM)
Teknologi lain yang kadang-kadang digunakan dalam pengidentifikasian golongan kendaraan adalah Weight in Motion (WIM). Sistem ini digunakan untuk mengukur berat kendaraan saat melintas di atas jalan tol. Teknologi WIM dapat berguna dalam situasi di mana berat kendaraan menjadi salah satu faktor penting dalam penentuan golongan kendaraan, terutama pada truk dan kendaraan berat lainnya.
WIM bekerja dengan cara mengukur gaya yang ditimbulkan oleh roda kendaraan saat melintasi sensor yang terpasang di permukaan jalan. Informasi tentang berat kendaraan ini kemudian dikombinasikan dengan data dari sensor AVC dan kamera untuk menentukan golongan kendaraan yang tepat.
4. Teknologi RFID dan Sistem Transponder
Sistem tol otomatis seperti RFID (Radio Frequency Identification) juga membantu dalam pengenalan kendaraan. Setiap kendaraan yang menggunakan e-Toll atau kartu tol otomatis biasanya dilengkapi dengan tag RFID atau transponder yang memancarkan sinyal unik saat kendaraan melewati gerbang tol. Data dari transponder ini dapat memberikan informasi tambahan mengenai jenis dan golongan kendaraan, yang kemudian diproses oleh sistem tol untuk menetapkan tarif yang sesuai.
Sistem ini tidak hanya mempermudah proses pembayaran, tetapi juga membantu dalam mengidentifikasi kendaraan secara otomatis tanpa perlu interaksi langsung antara pengemudi dan petugas tol.
Baca Juga: Tren Terbaru Penggunaan Teknologi Push To Talk Over Cellular (PoC)
Proses Identifikasi Golongan Kendaraan
Ketika sebuah kendaraan mendekati gerbang tol, proses identifikasi golongan kendaraan dimulai secara otomatis. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilalui kendaraan saat melewati pintu tol:
1. Pendeteksian Kendaraan
Begitu kendaraan melintas di atas sensor induktif yang terpasang di permukaan jalan, sensor ini akan mendeteksi jumlah sumbu roda kendaraan. Pada saat yang sama, sensor laser atau kamera akan mengukur dimensi kendaraan, seperti tinggi dan panjangnya. Informasi ini kemudian digunakan untuk menentukan kategori awal dari kendaraan tersebut.
2. Penggolongan Otomatis
Setelah sensor mengumpulkan data tentang kendaraan, sistem AVC akan mengolah informasi ini untuk mengklasifikasikan kendaraan ke dalam golongan yang sesuai. Jika sensor mendeteksi bahwa kendaraan memiliki dua sumbu roda dan tinggi lebih dari 1,3 meter, maka kendaraan tersebut akan dikategorikan ke dalam golongan II, misalnya.
Dalam beberapa kasus, teknologi lain seperti WIM atau kamera pengawas juga dapat digunakan untuk memverifikasi klasifikasi. Jika ada ketidaksesuaian atau data yang mencurigakan, sistem dapat memberi tahu petugas tol untuk memeriksa lebih lanjut.
3. Verifikasi Manual (Jika Diperlukan)
Meskipun teknologi AVC dirancang untuk melakukan klasifikasi otomatis, ada kalanya sistem tidak dapat mengidentifikasi kendaraan dengan benar. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kendaraan yang dimodifikasi, kendaraan yang membawa muatan tambahan, atau masalah teknis dengan sensor.
Dalam situasi seperti ini, petugas tol dapat melakukan verifikasi manual dengan melihat gambar dari kamera pengawas atau memeriksa kendaraan secara langsung. Verifikasi manual ini penting untuk memastikan bahwa kendaraan dikenakan tarif yang benar dan sesuai dengan golongannya.
4. Pembayaran dan Pemrosesan Data
Setelah golongan kendaraan ditentukan, sistem tol akan menghitung tarif yang harus dibayar oleh pengemudi berdasarkan golongan tersebut. Jika pengemudi menggunakan sistem tol otomatis seperti e-Toll atau kartu RFID, pembayaran akan dilakukan secara otomatis, dan pengemudi bisa melanjutkan perjalanan tanpa perlu berhenti lama di gerbang tol.
Informasi tentang transaksi ini juga akan direkam dalam sistem tol untuk keperluan pelacakan dan analisis data. Data ini penting bagi operator tol untuk memantau volume lalu lintas, mengidentifikasi tren penggunaan jalan tol, dan melakukan pemeliharaan infrastruktur.
Baca Juga: Implementasi Push To Talk Over Cellular (PoC) untuk Transportasi Publik Terpencil
Tantangan dalam Identifikasi Golongan Kendaraan
Meskipun teknologi yang digunakan di pintu tol sangat canggih, masih ada beberapa tantangan yang dapat mempengaruhi akurasi dalam identifikasi golongan kendaraan. Beberapa tantangan ini meliputi:
1. Kendaraan ODOL (Over Dimension Over Load)
Salah satu tantangan terbesar dalam penggolongan kendaraan adalah kendaraan ODOL. Kendaraan yang melebihi dimensi atau berat yang diizinkan sering kali sulit untuk diklasifikasikan oleh sistem AVC. Hal ini bisa menyebabkan kesalahan dalam pengenaan tarif atau bahkan kerusakan pada infrastruktur jalan tol.
Untuk mengatasi masalah ini, beberapa jalan tol menggunakan teknologi tambahan seperti sistem WIM untuk memantau berat kendaraan secara real-time, serta kamera pengawas untuk mendeteksi pelanggaran yang dilakukan oleh kendaraan ODOL.
2. Modifikasi Kendaraan
Modifikasi kendaraan juga dapat menyebabkan kesalahan dalam klasifikasi kendaraan. Beberapa pengemudi mungkin memodifikasi kendaraannya dengan menambahkan aksesori atau mengubah dimensi kendaraan sehingga sistem AVC kesulitan mengidentifikasinya dengan benar.
Dalam situasi seperti ini, penting bagi petugas tol untuk melakukan verifikasi manual dan memastikan bahwa golongan kendaraan ditentukan dengan tepat.
3. Kerusakan Sensor atau Gangguan Teknis
Sistem AVC dan teknologi lainnya yang digunakan di pintu tol sangat bergantung pada sensor-sensor yang terpasang di jalan. Jika sensor-sensor ini mengalami kerusakan atau gangguan teknis, proses penggolongan kendaraan bisa terganggu. Oleh karena itu, pemeliharaan rutin dan pemeriksaan sensor secara berkala sangat penting untuk memastikan sistem berjalan dengan baik.
Baca Juga: Fitur-Fitur Teknologi Push To Talk Over Cellular (PoC)
Kesimpulan
Identifikasi golongan kendaraan di pintu tol merupakan proses yang kompleks dan melibatkan berbagai teknologi canggih seperti sensor AVC, kamera pengawas, dan sistem RFID. Proses ini penting untuk memastikan bahwa setiap kendaraan dikenakan tarif yang sesuai dengan golongannya, serta menjaga kelancaran arus lalu lintas di gerbang tol. Meskipun ada beberapa tantangan, perkembangan teknologi terus membantu meningkatkan akurasi dan efisiensi dalam penggolongan kendaraan di jalan tol.
DCT adalah perusahaan yang bergerak di bidang Networking, IT Contractor, dan Toll Equipment. Dengan mengikuti perkembangan zaman dan perkembangan bisnis di dunia teknologi, pada tahun 2008 DCT dengan nama PT. DCT Total Solutions memulai bisnis Teknologi yang lebih beragam. Hingga saat ini, DCT telah melayani berbagai klien di pemerintahan, pertambangan, perkebunan, jalan tol, industri manufaktur, baik swasta maupun BUMN.
Alamat: Rukan Griya Alifa Blok D-2 JL. Pulo Ribung Raya, Jaka Setia Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Jawa Barat, Indonesia
Telepon : Contact : 021-82424888
Whatsapp : 0899-0288-888
Email : info@dct.co.id
Comments are closed.